• Kembali ke Website Pertuni - www.pertuni.or.id
  • Testimony
  • Berita Tunanetra
  • Blog
  • World Blind Union Publications


  • Senin, 06 April 2009

    Re: [mitra-jaringan] pemilu 2009

    Kemajuan tehnologi membuat dunia seperti tanpa jarak... (hehe... kayak prolog skripsi). Nah, inilah yang membuat suasana kampanye juga bisa terasa sampai ke kota kecil ini.... saya selalu tahu perkembangan kampanye partai di Indonesia, dari mulai goyang erotis saat kampanye..., adu jotos karena senggolan saat berjoget, panggung yang roboh, macam-macam cara caleg untuk menarik simpati masyarakat hingga rela berfoto dengan monyet..., sampai dengan isyu BLT yang dijadikan ajang serang-serangan... hehe.... nggak ketinggalanlah pokoknya... Dari ide logis untuk kampanye, sampai ide yang nggak logis....

    Nah, di sini, petugas Pemilihan Umum di Konsulat Jenderal dan Kedutaan besar republik Indonesia juga mengajak warga Indonesia di US untuk ikut memilih... Bulan Desember lalu kami dikirimi surat pemberitahuan untuk pemilih, yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses pendaftaran pemilih. Pendaftaran pemilih juga dapat dilakukan secara online dengan memasuki websidenya konjen RI. Nah, nanti surat suara dikirimi ke masing-masing pemilih, untuk kemudian dikirimkan balik ke Konjen. Untuk Pemilu luar negeri, suara kami akan digunakan untuk memilih Anggota DPRD DKI.

    Bagi Partai yang punya perwakilan di luar negeri, mereka juga melakukan kampanye, baik itu dengan mengundang masyarakat dalam forum diskusi, ataupun dengan mengirimi kita kartu pos berlogo Partai. Nah, kali ini, saya juga kebagian dikirimi kartu pos oleh salah satu partai.... wah, agak kaget juga,... kok mereka tahu ya namaku dan alamatku... kayaknya partai nggak kalah juga sama FBI atau CIA....hehe...

    Di tempatku sendiri, maksudnya di Ohio University, kemarin kami membuat diskusi politik yang menghadirkan para pakar di bidang politik, yang berasal dari mahasiswa yang sedang mendalami ilmu politik di Ohio University ataupun di Ohio State University. Salah satunya adalah Bung Jayadi Hanan (Dosen Univ Paramadina yang lagi menyelesaikan doktoratnya di OSU). Nah tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengetahui perkembangan politik di dalam negeri kita, dan untuk mengajak semua mahasiswa untuk turut aktif dalam pemilu.>

    Ada yang menarik dari ulasan Bung Jack ini, yaitu pentingnya background pendidikan yang dimiliki oleh orang dengan kecacatan dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyandang cacat. Saya kira, pendidikan memang menjadi pilar utama, bukan berarti satu-satunya, tapi pendidikan untuk penyandang cacat memang sangat penting... Untuk itu, mari kita berjuang sekeras mungkin agar dapat memberikan pendidikan seluas-luasnya bagi para penyandang cacat... dan para penyandang cacat juga harus menyadari, bahwa pendidikan itu adalah sesuatu yang penting. Sering kali kita terjebak pada ide, bahwa pendidikan tidak akan berarti apa-apa ketika tiba saatnya kita harus bekerja, karena mencari kerja itu sulit, namun saya kira, sikap seperti ini nggak hanya dimiliki oleh para penyandang cacat, tapi banyak masyarakat Indonesia pada umumnya. Ini bisa terjadi, karena pendidikan dirasakan begitu mahal, sementara persaingan mencari pekerjaan juga sangat ketat, yang akhirnya membuat orang menjadi apatis.

    Di US, saya justru menemukan banyak person with disability memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Dan itu pula yang saya kira meningkatkan persepsi positif dari masyarakat tentang keberadaan penyandang cacat. Hal yang lebih dari apa yang kita punya di Indonesia adalah, kebanyakan sekolah memang sudah terbuka buat penyandang cacat. Tetapi saya pribadi merasa, beberapa tahun lagi, pasti banyak sekolah yang terbuka buat penyandang cacat di Indonesia. Kalau misalnya dipertanyakan, mana yang harus lebih dulu diwujudkan, hilangnya diskriminasi atau minat yang kuat bagi penyandang cacat untuk bersekolah, saya kira saya justru memilih pilihan yang kedua, karena penghapusan diskriminasi terhadap penyandang cacat adalah sebuah proses yang berkelanjutan.. Sekali lagi, di negara yang katanya lebih maju seperti US pun, yang namanya diskriminasi juga masih terjadi kok.... Jadi, saya kira, kita tidak perlu berkecil hati menjadi warga negara Indonesia, memang, di sana sini, sebagai penyandang cacat, sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai praktisi, sebagai orang-orang yang bekerja dengan penyandang cacat, kita perlu bekerja sekuat tenaga, but i really really sure a hundred percent, that we are on the right track...

    Eh iya, apa para tunanetra juga diajari untuk mencontreng setelah meraba surat suara?? berapa dari kita yang bisa memegang pulpen dengan baik untuk kemudian mencontreng?? hehehehe......:) ingat, ingat jangan salah contreng ya......eh usul dong, mungkin ada yang bisa membuat DVD pada saat pemilihan umum untuk para penyandang cacat, bisa dibuatkan film dokumenter untuk promosi pemenuhan hak politik penyandang cacat dalam pemilihan umum di Indonesia... negara kita tercinta.... Dalam DVD itu, kita bisa buat perbandingan antara tempat yang menyediakan berbagai akomodasi yang dibutuhkan, dan tempat yang tidak menyediakan...


    Salam dari tempat di mana burung-burung berkicau riuh dan bunga-bunga mulai bermekaran memberi harapan...
    Tolhas Damanik

    0 Komentar:

    Posting Komentar

    Berlangganan Posting Komentar [Atom]

    << Beranda