• Kembali ke Website Pertuni - www.pertuni.or.id
  • Testimony
  • Berita Tunanetra
  • Blog
  • World Blind Union Publications


  • Jumat, 15 Mei 2009

    Re: [mitra-jaringan] Re: adakah wajib belajar untuk anak tunanetra?

    > Yo, mbak Aria...!!!

    > Banyak 'Fauzi-Fauzi' lain yang pernah saya temui di berbagai daerah di Inonesia ini.Hanya dengan modal semangat tinggi dan (ini yang paling penting juga) cita-cita yang tidak kalah tingginya, anak-anak tersebut mampu bersaing dengan anak-anak lain yang tidak mempunyai gangguan fisik. Mereka hanya bermodalkan bantuan dari tetangga sekitar yang mau embantu anak tersebut.

    > Ada satu kasus seorang anak dengan gangguan pengelihatan, prestasinya di sekolah, sangat luar biasa. Secara personal orang tuanya melakukan pendekatan kepada tetangga dan teman-teman sekolahnya untuk secara bergiliran membacakan buku untuk anak tersebut. Prestasinya tidak hanya secara akademis, namun dia juga banyak mewakili sekolahnya dalam lomba cerdas cermat, kesenian dan beberapa lomba baca puisi. Namun apa yang terjadi ketika ia lulus SD? SMP Negeri di Kecamatan ia tinggal, tidak mau menerima anak tersebut dengan alasan yang seperti mbak Arya alami. Maklum, di Kecamatan itu memang cuma ada 1 SMP Negri. Pada saat orang tuanya menjelaskan kepada kepsek tentang cara belajar anaknya yang selama ini dikembangkan, sang kepsek tetap tidak mau menerima dengan alasan anak itu akan berhadapan dengan lingkungan yang berbeda. Dan siswa SMP merupakan siswa yang sedang mendcari jati diri. Dikhawatirkkan anak tersebut akan menderita beban mental bila kehadirannya
    > tidak bisa diterima oleh siswa yang lain. Tapi ada yang lucu di sini. 2 hari kemudian, setelah ortu anak tersebut mendaftarkan anaknya, sang Kepsek datang ke rumah dan mengatakan bahwa anak tersebut bisa masuk ke sekolahnya. Setelah diselidiki, ada dua hal yang merubah keputusan sang kepsek. Yang pertama adalah ada issu bahwa akan ada dana tambahan yang akan diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten bila sebuah sekolah menerima siswa berkebutuhan khusus. Yang kedua, si kepsek baru mengetahui prestasi non akademis yang pernah diraih oleh anak tersebut. Sekarang anak tersebut sudah menginjak kelas 2 SMP. Tapi saya tidak tau, apakah issu yang pertama tadi terlaksana atau tidak.

    > Kasus kedua dialami oleh seorang anak yang punya gangguan gerak karena Cerebral Palses. Anak tersebut punya prestasi yang baik dan sangat mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Masalah anak tersebut hanya satu. Dia tidak bisa menulis, tetapi dia bisa membuat kata, kalimat bahkan karangan dengan baik. Maklum lagi, di desa occupational teraphy gak ada jadi dia kurang bisa memaksimalkan geraknya. Lalu bagaimana ia menulis? Dengan mengeja apa yang dia tulis dan siswa lain yang menuliskannya. Tapi, anak tersebut tidak bisa melanjutkan ke SMP karena dikategorikan tidak bisa menulis.

    > Betul yang mbak Aria bilang bahwa pemerintah memang kurang serius dalam menjalankan wajib belajar 9 tahun. Kalau kita mau telaah lebih dalam, wajib belajar 9 tahun kan untuk anak Indonesia. Tapi tidak di sebutkan untuk anak yang tidak cacat. Berarti, anak-anak dengan gangguan fisik yang masih dalam usia sekolah juga masuk dalam program ini.

    > Saya pribadi punya pendapat bahwa wajib belajar memang harus dikuatkan dari keluarga anak-anak yang punya gangguan fisik maupun mental. Dan harus dimulai dari penyadaran landasan hukum yang mereka bisa gunakan sebagai 'alat termb=pur' dalam memperjuangkan hak anaknya. Mungkin gak ada salahnya kalau perkumpulan orang tua yang memiliki anak dengan gangguan tertentu, dibekali oleh pengetahuan UU yang mendukung hak anak untuk sekolah. Setelah itu penguatan berbasis masyarakat yang sadar bahwa setiap anak dilingkungan mereka, punya potensi untuk membantu membangun lingkungan mereka juga. Dengan cara ini, pada saat masyarakat bisa membantu, sejenak kita bisa melupakan screen reader atau buku braille yang mahal-mahal. Saya berpendapat demikian, karena saya merasa, bila makin banyak bukti yang nyata, makin tidak berkutik orang disekitar kita, termasuk pemerintah untuk menolak keberadaan anak dengan gangguan apapun di sekolah.

    > Kelihatannya seperti mimpi, ya... Tapi coba tanya sama Fauzi, kenapa dia mau belajar internet, abacus, dan lain-lain. Saya berani bertaruh, jawabannya pasti karena dia ingin meraih mimpinya.

    > NEVER GIVE UP, GUYS...!!!

    > Keep in touch and keep touching,
    > Blindman Jack

    0 Komentar:

    Posting Komentar

    Berlangganan Posting Komentar [Atom]

    << Beranda