[mitra-jaringan] Seputar Contreng-mencontreng
Hmmm..., akhirnya, aku bisa menyontreng juga untuk yang pertama kalinya.
Karena aku baru genap 19 tahun, dan juga ini adalah aturan yang
pertama untuk masalah contreng mencontreng. Jadi, inilah yang pertama.
Ya ada suka dukanya juga sih? Seperti aku dikasih kartu pemilu, itu
artinya aku sudah punya hak pilih. Namun, ada sedikit pengalaman unik
ketika aku pergi ke TPS. Ketika namaku dipanggil, beberapa panitia
pemilu agak sedikit sibuk menyediakan templet braille untukku. Dan aku
menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar tentang templet
itu.Hehehehe... Pertama aku dikasih tawaran oleh panitia antara
didampingin atau menggunakan templet itu. Pertama aku pengen pake
template tersebut, tapi aku agak bingung juga, karena hurufnya kurang
nimbul dan agak keder letak posisi nomor caleknya. Di dalam TPS,
panitia sibuk memasang kertas suara di templet tersebut, karena
ternyata tidak pas. Ya sudah, akhirnya aku memilih didampingi oleh
orang kepercayaanku saja, dari pada harus pusing ngurusin templet. Dan
akhirnya, dengan modal pengetahuan sedikit aku langsung contreng saja
pilihan yang insya Allah sesuai dengan hati nurani demi kemajuan
bangsa.
Menurut saya, sebaiknya untuk pemilu selanjutnya, menggunakan sistem
digitalisasi saja, seperti melalui internet atau SMS. Jadi gak harus
ngeluarin dana besar untuk mencetak kertas suara yang belum tentu
dapat membuat negeri ini semakin baik.
Salam,
Wijaya,
Calek dan Capres RI masa depan.
Karena aku baru genap 19 tahun, dan juga ini adalah aturan yang
pertama untuk masalah contreng mencontreng. Jadi, inilah yang pertama.
Ya ada suka dukanya juga sih? Seperti aku dikasih kartu pemilu, itu
artinya aku sudah punya hak pilih. Namun, ada sedikit pengalaman unik
ketika aku pergi ke TPS. Ketika namaku dipanggil, beberapa panitia
pemilu agak sedikit sibuk menyediakan templet braille untukku. Dan aku
menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar tentang templet
itu.Hehehehe... Pertama aku dikasih tawaran oleh panitia antara
didampingin atau menggunakan templet itu. Pertama aku pengen pake
template tersebut, tapi aku agak bingung juga, karena hurufnya kurang
nimbul dan agak keder letak posisi nomor caleknya. Di dalam TPS,
panitia sibuk memasang kertas suara di templet tersebut, karena
ternyata tidak pas. Ya sudah, akhirnya aku memilih didampingi oleh
orang kepercayaanku saja, dari pada harus pusing ngurusin templet. Dan
akhirnya, dengan modal pengetahuan sedikit aku langsung contreng saja
pilihan yang insya Allah sesuai dengan hati nurani demi kemajuan
bangsa.
Menurut saya, sebaiknya untuk pemilu selanjutnya, menggunakan sistem
digitalisasi saja, seperti melalui internet atau SMS. Jadi gak harus
ngeluarin dana besar untuk mencetak kertas suara yang belum tentu
dapat membuat negeri ini semakin baik.
Salam,
Wijaya,
Calek dan Capres RI masa depan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda